Thursday, September 20, 2018

Klasifikasi Neraca (Standar)



Laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bagi manajemen, kreditur, dan investor ketika akun-akun yang ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap akun-akun neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aset lancar, aset tetap, to aset, jumlah utang lancar, utang jangka panjang, total kewajiban, besarnya modal yang dimiliki perusahaan.

1.      Lebih lanjut, melalui klasifikasi ini pula para pengguna laporan neraca akan dapat:  memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang akan segera jatuh tempo lewat aset lancar yang dimilikinya.
2.      memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek lewat aset yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan.
3.      mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tidak lancar.
4.      memprediksi jumlah total klaim kreditur atas aset perusahaan.
5.       memprediksi jumlah total klaim pemilik dana atau investor atas aset perusahaan.
6.      memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aset tetap terhadap total aset.
7.      memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan total aset.

Klasifikasi akun neraca yang standar terbagi menjadi : aset lancar, aset tetap, utang lancar, utang jangka panjang, dan modal.

Aset lancar terdiri dari kas dan sumber daya ekonomi lainnya yang diperkirakan akan dapat direalisasi menjadi kas (contohnya piutang) atau dapat dijual (contohnya persediaan barang dagangan) atau dapat dikonsumsi (contohnya perlengkapan, asuransi dibayar di muka, sewa dibayar di muka) dalam kurun waktu satu tahun periode akuntansi. Ingat kembali bahwa penyajian untuk akun aset lancar dalam neraca disusun berdasarkan urutan tingkat likuiditasnya. Kas lebih lancar dibanding piutang dan persediaan; piutang lebih lancar dibanding persediaan; dan seterusnya.

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, aset tetap diklasifikasikan menjadi dua yaitu aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Pada prinsipnya, aset tetap adalah sumber daya ekonomi yang memiliki masa kegunaan lebih dari satu tahun periode akuntansi, yang dimiliki perusahaan dengan maksud untul digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari dan bukan untuk dijual, serta besar nilainya material yang tergantung pada kebijakan manajemen perusahaan masing-masing dalam hal kapitalisasi. Aset tetap akan disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Di samping itu, untuk aset tetap berwujud juga harus disajikan besarnya akumulasi penyusutan, yaitu yang merupakan total beban penyusutan mulai dari tahun pertama sejak aset tetap tersebut diperoleh hingga tahun pelaporan. Untuk akhir tahun pertama sejak tanggal perolehan, otomatis besarnya beban penyusutan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi akan sama dengan besarnya akumulasi penyusutan yang dilaporkan dalam neraca. Sedangkan besarnya akumulasi penyusutan sampai dengan akhir tahun ke dua yang akan dilaporkan dalam neraca adalah jumlah antara akumulasi penyusutan yang telah dilaporkan dalam laporan neraca akhir tahun pertama dengan beban penyusutan untuk tahun ke dua, dan seterusnya. Akumulasi penyusutan ini sifatnya sebagai akun pengurang (contra account) dari harga perolehan aset tetap, dimana akumulasi penyusutan memiliki saldo normal di sebelah kredit atau kebalikan dari saldo normal untuk harga perolehan aset tetap. Harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan akan diperoleh nilai buku (book value). Aset tetap berwujud akan disajikan dalam neraca berdasarkan urutan lamanya umur kegunaan aset tetap bersangkutan (tanah, bangunan, peralatan, dan seterusnya).

Utang lancar adalah kewajiban-kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aset lancar yang ada atau dengan melalui pembentukan utang lancar lainnya. Utang lancar ini harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Utang lancar meliputi utang usaha, utang gaji dan upah, pinjaman bank yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun atau maksimum satu tahun, utang bunga, utang pajak, bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun, dan utang lancar lainnya.

Sedangkan kewajiban-kewajiban yang diperkirakan akan dibayar setelah satu tahun diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang. Utang dalam kategori ini meliputi utang obligasi (bonds payable), utang hipotik (mortgages payable), wesel bayar jangka panjang (long-term notes payable), pinjaman bank jangka panjang (long-term bank loans), dan utang jangka panjang lainnya.

Komponen modal yang terdapat dalam laporan neraca sangatlah beragam atau berbeda-beda tergantung pada bentuk karakteristik organisasi perusahaan. Untuk perusahaan perorangan (proprietorship), hanya ada satu akun modal saja yaitu akun yang mencerminkan modal dari si pemilik tunggal perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki bentuk organisasi persekutuan (partnership), besarnya bagian kepemilikan dari masing-masing anggota sekutu akan tercermin lewat masing-masing akun modal, misalnya akun modal Tn. A, akun modal Tn. B, akun modal Tn. C dan seterusnya sesuai dengan berapa banyak anggota sekutu yang ada dalam perusahaan. Sedangkan untuk perseroan (corporation), ada dua sumber utama modal yaitu modal disetor (paid-in capital atau contributed capital) dan laba ditahan (ending retained earning). Modal yang disetor ini merupakan modal saham (capital stock). Period retained earning merupakan hasil pengurangan laba bersih (net income) periode berjalan dengan deviden (pembagian hasil keuntungan kepada investor), yang kemudian sisanya diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Saldo laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca merupakan saldo akhir yang sifatnya akumulatif ("gulung-menggulung"), yaitu kumpulan dari besarnya saldo laba ditahan yang dihasilkan dalam satu periode ke periode berikutnya. Jadi,

Ending retained earning = beginning retained earning + period retained earning. Dimana, period retained earning = net income – dividend

0 komentar:

Post a Comment