Wednesday, September 26, 2018

Karakteristik Perusahaan Dagang


Karakteristik Perusahaan Dagang

Halo para pecinta akuntansi. Kali ini kita akan membahas tentang karakteristik perusahaan dagang. Pada postingan sebelumnya telah dijelaskan tentang pembagian perusahaan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa.

Apa itu perusahaan dagang ?
Adalah perusahan yang membeli barang dagang untuk dijual kembali. Jadi perusahaan dagang biasanya tidak membuat produk sendiri, akan tetapi membeli produk dari produsen lalu dijual kembali.

Secara garis besar aktivitas perusahaan dagang meliputi:

  • Pembelian barang dagang dari supplier (pemasok)
  • Kemudian menjual kembali barang dagangan yang ia beli kepada konsumen/pelanggan dengan maksud memperoleh keuntungan.
Ketika barang dagang dijual, transaksi ini akan dilaporkan sebagai pendapatan penjualan (sales revenue),  dan harga pokok dari barang yang dijual akan diakui sebagi beban yang dinamakan "harga pokok penjualan (cost of goods sold)"

Jadi perusahaan dagang akan selalu menyelenggarakan catatan persediaan untuk menentukan berapa besarnya barang dagang yang tersedia untuk dijual dan juga berapa yang telah laku terjual. Terdapat 2 metode akunansi yang lazim dipakai dalam mencatat persediaan barang dagang yaitu
  1. Metode/sistem pencatatan perpetual (perpetual inventory system), dan
  2. Metode atau sistem pencatatan periodik/fisik (periodic/phisical inventory system)
Kedua metode ini akan dibahas pada postingan selanjutnya. Jadi tetap ikuti update Acofy dengan mengklik follow sosial medianya.


Sunday, September 23, 2018

Prinsip Dasar Bank Syariah

Prinsip Dasar Bank Syariah

Definisi Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional lembaga keuangan syariah (DSN-MUI, 2003). Definisi ini menegaskan bahwa suatu LKS menuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah Islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan.

Unsur kesesuaian suatu LKS dengan syariah Islam secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Adapun unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan diatur oleh berbagai institusi yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi. Beberapa institusi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 
  2. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi asuransi dan pasar modal.
  3. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi koperasi. Fatwa-fatwa DSN biasanya bersifat umum untuk semua LKS, termasuk Bank syariah.


Adapun fatwa tersebut mengacu pada prinsip-prinsip hukum muamalah yang dirumuskan oleh mayoritas ulama. Beberapa prinsip dalam hukum muamalah adalah sebagai berikut.
  1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali yang ditentukan lain oleh Alquran dan Sunah Rasul (prinsip mubah). 
  2. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela dan tanpa mengandung unsur-unsur paksaan (prinsip sukarela).
  3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat dalam hidup masyarakat (prinsip mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat).
  4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, inenghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalain kesempitan (prinsip keadilan).

Hukum muamalah tersebut secara detail dibahas oleh ulama dalam bidang ilmu yang biasa disebut dengan fikih muamalah. Dalam fikih muamalah, ulama-ulama telah mengidentifikasi dan memfatwakan beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh Islam. Pelarangan beberapa transaksi tersebut secara umum disebabkan oleh tiga hal berikut.
  1. Mengandung barang atau jasa yang diharamkan. 
  2. Mengandung sistem dan prosedur memperoleh keuntungan yang diharamkan (tadlis, bai’ ikhtikar, bai' Najsy, riba, gharar, maysir).
  3. Tidak sah akadnya.

Larangan terhadap Transaksi yang Mengandung Barang atau Jasa yang Diharamkan

Larangan terhadap transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan sering dikaitkan dengan prinsip muamalah yang ketiga, yaitu keharusan menghindar dari kemudaratan. Alquran dan Sanah Nabi Muhammad SAW, sebagai sumber hukum dalam menentukan keharaman suatu barang atau jasa, menyatakan secara eksplisit berbagai jenis bahan yang dinyatakan haram untuk dimakan, diminum, maupun dipakai oleh seorang muslim. Di antaranya adalah meminum khamar dan menggunakan bangkai atau hewan yang dilarang seperti babi, binatang bertaring untuk dimakan atau dipakai untuk kosmetik. Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW juga secara eksplisit melarang dilakukannya berbagai jenis jasa atau tindakan, antara lain tindakan prostitusi, mempertontonkan aurat, merusak akidah, menganiaya orang lain, dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat cukup banyak variasi makanan, minuman, dan tindakan yang secara substansi sama dengan barang dan jasa yang secara eksplisit dilarang Al-Quran dan Assunah. Dalam hal ini, mayoritas ulama sepakat untuk menerapkan hukum yang sama, yaitu mengharamkan segala sesuatu yang memiliki substansi sama dengan zat yang diharamkan dalam Alquran dan Sunah Nabi.

Bagi industri perbankan syariah, pelarangan terhadap transaksi yang haram zatnya tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan memberikan pembiayaan yang terkait dengan aktivitas pengadaan jasa, produksi makanan, minuman, dan bahan konsumsi lain yang diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam pemberian pembiayaan, bank syariah dituntut untuk selalu menastikan kehalalan jenis usaha yang dibantu pembiayaannya oleh bank syariah. Dengan demikian, pada suatu bank syariah tidak akan ditemui adanya pembiayaan untuk usaha yang bergerak di bidang peternakan babi, minuman keras, ataupun bisnis pornografi dan lainnya yang diharamkan

Larangan terhadap Transaksi yang Diharamkan Sistem dan Prosedur Perolehan Keuntungannya

Selain melarang transaksi yang haram zatnya, agama Islam juga melarang transaksi yang diharamkan sistem dan prosedur perolehan keuntungannya. Beberapa hal yang masuk kategori transaksi yang diharamkan karena sistem dan prosedur perolehan keuntungan tersebut adalah:
  1. tаdlis (ketidaktahuan satu pihak), 
  2. gharar (ketidaktahuan kedua pihak), 
  3. ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan), 
  4. bainajasy (rekayasa pasar dalam permintaan), 
  5. maysir (judi), dan
  6. riba




Pengertian Resiko Audit dan Pembahasannya


Risiko audit (audit risk) adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko dalama uditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.
Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan.Risiko dibagi dalam 3 komponen yaitu:

  1. Risiko bawaan (inherent risk-IR) yaitu kerentanan suatu saldo akun/golongan transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun/golongan transaksi tertentu dibandingkan yang lain.
  2.  Risiko pengendalian (control risk-CR) yaitu risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah/dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian internal perusahaan. Risiko ini akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap struktur pengendalian internal.
  3. Risiko deteksi (detection risk-DR) yaitu risiko karena bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul. Atau risiko karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi dan berhubungan dengan fungsi efektivitas prosedur audit serta penerapannya oleh auditor.


Komponen ini dapat dikombinasikan dalam bentuk formula model risiko audit (audit risk-AR):

AR = IR x CR ~ DR
DR mempunyai hubungan yang terbalik dengan IR dan CR. Semakin kecil IR dan CR yang diyakini oleh auditor, semakin besar DR yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya IR dan CR yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat DR yang dapat diterima.

Friday, September 21, 2018

Contoh Pembahasan Penyelesaian Siklus Akuntansi



Akuntansi untuk perusahaan jasa relatif lebih simpel dibanding perusahaan dagang. Hal ini disebabkan karena untuk perusahaan dagang, terdapat dua alternatif metode akuntansi yang diperkenankan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam hal mencatat persediaan barang dagangannya yaitu metode perpetual dan metode periodik/fisik, belum lagi kerumitan ditambah dengan alternatif metode penilaian yang ada dalam menghitung besarnya harga pokok persediaan barang dagangan. Namun pada intinya, proses (alur) penyelesaian siklus akuntansi untuk perusahaan jasa dan perusahaan dagang adalah hampir sama.

Karena akuntansi untuk perusahaan dagang relatif lebih rumit dibanding perusahaan jasa, maka dalam buku ini, ilustrasi mengenai penyelesaian siklus akuntansi (dengan menggunakan alat bantu worksheet) akan langsung diberikan untuk perusahaan dagang, yang akan diuraikan nanti dalam postingan selanjutnya (akuntansi untuk perusahaan dagang).

Soal :
Felixia Beatrice Artistik merupakan sebuah perusahaan jasa bergerak dalam bidang pertamanan (landscaping). Penutupan dilakukan pada setiap tanggal 31 Desember. Perkiraan dalam buku besar perusahaan pada tanggal 30 November 2008 menunjukkan saldo sebagai berikut :


Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Desember 2009 yang belum dibukukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1 Desember
Dibeli dari PT. Imora sebuah kendaraan dan peralatan kantor, masing-masing senilai Rp. 36.000.000,- dan Rp 12.000.000,-. Dibayar tunai Rp. 38.000.000,- sedangkan sisanya akan dilunasi nanti di kemudian hari. 4 Desember Diterima tunai sebesar Rp. 17.500.000,- sebagai pem bayaran untuk pekerjaan merancang dan membangun sebuah taman.
5 Desember
Dibayar biaya iklan pada majalah bulanan Kartini untuk 6 kali pemasangan sebesar Rp. 5.400.000,- (catat dalam perkiraan nomor 108). Pemasangan iklan akan dilakukan pada setiap tanggal 5 yang terhitung mulai hari ini.
8 Desember
Dibeli tunai perlengkapan kantor seharga Rp. 3.850.000,
10 Desember
Diterima pelunasan dari debitur sebesar Rp. 25.000.000,
12 Desember
Dibayar beban pemeliharaan kendaraan operasionalperusahaan sebesar Rp. 6.500.000,
14 Desember
Dibayar upah tenaga kerja honorer sebesar Rp. 9.700.000,
17 Desember
Diambil uang tunai dari kas perusahaan sebesar Rp. 9.000.000,- untuk keperluan pribadi pemilik
20 Desember
Dibayar rekening listrik dan telpon bulan Desember 2008 sebesar Rp. 650.000,
22 Desember
Telah diselesaikan pembuatan dekorasi atas sebuah taman di Hotel Megah dengan total faktur sebesar Rp. 17.600.000,-. Dalam transaksi ini, telah diterima tunai Rp. 12.500.000,- sedangkan sisanya akan ditagih di kemudian hari.
24 Desember
Dibayar upah karyawan harian, gaji bulanan dan tunjangan hari Natal sebesar Rp. 18.300.000,
28 Desember
Dibayar utang usaha kepada kreditur sebesar Rp19.000.000,
31 Desember
Dibayar uang parkir, kebersihan, keamanan, sumbangan-sumbangan dan lain-lain sebesar Rp 2.600.000,

Diminta :
a.       Catatlah transaksi-transaksi di atas dalam bentuk jurnal umum!
b.       pindahkan data yang terdapat dalam jurnal umum ke dalam perkiraan-perkiraan yang bersangkutan di buku besar!
c.       susunlah neraca saldo per 31 Desember 2008 sebelum penyesuaian!
d.      buatlah ayat jurnal penyesuaian, apabila pada tanggal 31 Desember 2008 diperoleh data tambahan untuk penyesuaian sebagai berikut :
1). nilai perlengkapan kantor yang sudah terpakai sampai dengan tanggal 31
     Desember 2008 adalah sebesar Rp. 6.000.000
2). asuransi dibayar di muka merupakan pembayaran premi asuransi untuk jangka
      waktu 6 bulan yang terhitung mulaitanggal 1 Oktober 2008.
3). pemasangan iklan sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 baru dilakukan
      sebanyak satu kali, yaitu tanggal 5 Desember
4). penyusutan tahunan atas aset tetap ditentukan sebesar 20 % dari harga
      perolehannya. Atas peralatan kantor dan kendaraan yang dibeli pada tanggal 1
      Desember 2008 juga belum dilakukan penyusutan.
5). bunga atas pinjaman bank selama 30 hari belum dibayar. Tingkat bung
      pinjaman adalah sebesar 18 % per tahun (1 tahun = 360 hari).
6). upah karyawan harian dibayar sekali seminggu pada setiap hari sabtu sore
      untuk 6 hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu) sebesar Rp. 2.400.000,
       Tanggal 31 Desember 2008 jatuh pada hari Kamis.

e.       pindahkan data yang terdapat dalam jurnal penyesuaian ke dalam perkiraan-perkiraan yang bersangkutan di buku besar!
f.       susunlah neraca saldo per 31 Desember 2008 setelah penyesuaian!

Penyelesaian :












Thursday, September 20, 2018

Klasifikasi Neraca (Standar)



Laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bagi manajemen, kreditur, dan investor ketika akun-akun yang ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap akun-akun neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aset lancar, aset tetap, to aset, jumlah utang lancar, utang jangka panjang, total kewajiban, besarnya modal yang dimiliki perusahaan.

1.      Lebih lanjut, melalui klasifikasi ini pula para pengguna laporan neraca akan dapat:  memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang akan segera jatuh tempo lewat aset lancar yang dimilikinya.
2.      memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek lewat aset yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan.
3.      mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tidak lancar.
4.      memprediksi jumlah total klaim kreditur atas aset perusahaan.
5.       memprediksi jumlah total klaim pemilik dana atau investor atas aset perusahaan.
6.      memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aset tetap terhadap total aset.
7.      memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan total aset.

Klasifikasi akun neraca yang standar terbagi menjadi : aset lancar, aset tetap, utang lancar, utang jangka panjang, dan modal.

Aset lancar terdiri dari kas dan sumber daya ekonomi lainnya yang diperkirakan akan dapat direalisasi menjadi kas (contohnya piutang) atau dapat dijual (contohnya persediaan barang dagangan) atau dapat dikonsumsi (contohnya perlengkapan, asuransi dibayar di muka, sewa dibayar di muka) dalam kurun waktu satu tahun periode akuntansi. Ingat kembali bahwa penyajian untuk akun aset lancar dalam neraca disusun berdasarkan urutan tingkat likuiditasnya. Kas lebih lancar dibanding piutang dan persediaan; piutang lebih lancar dibanding persediaan; dan seterusnya.

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, aset tetap diklasifikasikan menjadi dua yaitu aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Pada prinsipnya, aset tetap adalah sumber daya ekonomi yang memiliki masa kegunaan lebih dari satu tahun periode akuntansi, yang dimiliki perusahaan dengan maksud untul digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari dan bukan untuk dijual, serta besar nilainya material yang tergantung pada kebijakan manajemen perusahaan masing-masing dalam hal kapitalisasi. Aset tetap akan disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Di samping itu, untuk aset tetap berwujud juga harus disajikan besarnya akumulasi penyusutan, yaitu yang merupakan total beban penyusutan mulai dari tahun pertama sejak aset tetap tersebut diperoleh hingga tahun pelaporan. Untuk akhir tahun pertama sejak tanggal perolehan, otomatis besarnya beban penyusutan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi akan sama dengan besarnya akumulasi penyusutan yang dilaporkan dalam neraca. Sedangkan besarnya akumulasi penyusutan sampai dengan akhir tahun ke dua yang akan dilaporkan dalam neraca adalah jumlah antara akumulasi penyusutan yang telah dilaporkan dalam laporan neraca akhir tahun pertama dengan beban penyusutan untuk tahun ke dua, dan seterusnya. Akumulasi penyusutan ini sifatnya sebagai akun pengurang (contra account) dari harga perolehan aset tetap, dimana akumulasi penyusutan memiliki saldo normal di sebelah kredit atau kebalikan dari saldo normal untuk harga perolehan aset tetap. Harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan akan diperoleh nilai buku (book value). Aset tetap berwujud akan disajikan dalam neraca berdasarkan urutan lamanya umur kegunaan aset tetap bersangkutan (tanah, bangunan, peralatan, dan seterusnya).

Utang lancar adalah kewajiban-kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aset lancar yang ada atau dengan melalui pembentukan utang lancar lainnya. Utang lancar ini harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Utang lancar meliputi utang usaha, utang gaji dan upah, pinjaman bank yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun atau maksimum satu tahun, utang bunga, utang pajak, bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun, dan utang lancar lainnya.

Sedangkan kewajiban-kewajiban yang diperkirakan akan dibayar setelah satu tahun diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang. Utang dalam kategori ini meliputi utang obligasi (bonds payable), utang hipotik (mortgages payable), wesel bayar jangka panjang (long-term notes payable), pinjaman bank jangka panjang (long-term bank loans), dan utang jangka panjang lainnya.

Komponen modal yang terdapat dalam laporan neraca sangatlah beragam atau berbeda-beda tergantung pada bentuk karakteristik organisasi perusahaan. Untuk perusahaan perorangan (proprietorship), hanya ada satu akun modal saja yaitu akun yang mencerminkan modal dari si pemilik tunggal perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki bentuk organisasi persekutuan (partnership), besarnya bagian kepemilikan dari masing-masing anggota sekutu akan tercermin lewat masing-masing akun modal, misalnya akun modal Tn. A, akun modal Tn. B, akun modal Tn. C dan seterusnya sesuai dengan berapa banyak anggota sekutu yang ada dalam perusahaan. Sedangkan untuk perseroan (corporation), ada dua sumber utama modal yaitu modal disetor (paid-in capital atau contributed capital) dan laba ditahan (ending retained earning). Modal yang disetor ini merupakan modal saham (capital stock). Period retained earning merupakan hasil pengurangan laba bersih (net income) periode berjalan dengan deviden (pembagian hasil keuntungan kepada investor), yang kemudian sisanya diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Saldo laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca merupakan saldo akhir yang sifatnya akumulatif ("gulung-menggulung"), yaitu kumpulan dari besarnya saldo laba ditahan yang dihasilkan dalam satu periode ke periode berikutnya. Jadi,

Ending retained earning = beginning retained earning + period retained earning. Dimana, period retained earning = net income – dividend

Jurnal Pembalik dan Pembahasannya

Jurnal Pembalik dan Pembahasannya

Dalam akuntansi, pembuatan ayat jurnal pembalik (reversing entries) adalah sifatnya pilihan (optional). Ayat jurnal pembalik ini biasanya akan dibuat pada setiap awal periode akuntansi dengan cara membalik ayat jurnal penyesuaian yang telah dibuat pada akhir periode akuntansi sebelumnya. Ada 4 hal (item) yang perlu dibuatkan ayat jurnal pembalik, yaitu :
a.       Ayat jurnal penyesuaian atas beban yang masih harus dibayar/ beban akrual/utang akrual, seperti beban upah yang masih ng masih harus harus dibayar (utang upah) dan beban bunga yang masih ha dibayar (utang bunga).
b.      Ayat jurnal penyesuaian atas pendapatan yang mas batan yang masih harus diterima/pendapatan akrual/piutang akrual, seperti pendapatan bunga yang masih harus diterima (piutang bunga).
c.       Ayat jurnal penyesuaian atas biaya dibayar di muka yang mulamula dicatat langsung sebagai beban bukan sebagai aset/pre paid, seperti biaya sewa dibayar di muka (prepaid rent) yang mula-mula dicatat sebagai beban sewa (rent expense), biaya iklan dibayar di muka (prepaid advertising) yang mula-mula dicatat sebagai beban iklan (advertising expense), dan biaya asuransi dibayar di muka (prepaid insurance) yang mula-mula dicatat sebagai beban asuransi (insurance expense).
d.      Ayat jurnal penyesuaian atas pendapatan diterima di muka yang mula-mula dicatat langsung sebagai pendapatan bukan sebagai utang, seperti pendapatan sewa diterima di muka (unearned rent revenue) yang mula-mula dicatat sebagai pendapatan sewa (rent revenue),dan lain-lain. Ingat kembali bahwa unearned rent revenue merupakan komponen dari neraca yaitu sebagai utang, sedangkan rent revenue merupakan komponen dari laporan laba rugi yaitu sebagai pendapatan lain-lain (other income).

Jurnal untuk periode berikutnya, yang terkait dengan 4 item di atas, tentu saja akan dipengaruhi oleh ada tidaknya ayat jurnal pembalik yang dibuat pada awal periode tersebut.

Sebagai contoh untuk mengilustrasikan efek yang ditimbulkan dari perbedaan antara dibuatnya ayat jurnal pembalik dengan tidak dibuatnya ayat jurnal pembalik (karena optional tadi) adalah misalkan bahwa pada tanggal 1 September 2008 perusahaan memberikan pinjaman uang kepada debitur senilai Rp. 100 juta. Pinjaman ini berjangka waktu 6 bulan. Perusahaan akan menerima kembali nilai pokok pinjaman beserta bunganya pada saat pinjaman tersebut jatuh tempo, yaitu tepatnya pada tanggal 1 Maret 2009. Besarnya tingkat suku bunga pinjaman yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah sebesar 9 % per tahun. Periode akuntansi perusahaan berakhir pada tangool 21 Desember 2008. Berdasarkan pencatatan secara accrual basis, bunga pinjaman selama 4 bulan (September, Oktober, ber, dan Desember) yang sudah berlangsung dalam tahun 2009 haruslah diakui sebagai pendapatan tahun 2008 dalam pembul kreditur, meskipun pembayarannya baru akan diterima nanti ad tanggal 1 Maret 2009.

Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut :
Piutang Bunga Rp. 3.000.000,
Pendapatan Bunga                              Rp. 3.000.000,
(4/12 x 9 % x Rp. 100 juta)

sedangkan ayat jurnal pembalik yang seandainya dibuat pada tanggal 1 Januari 2009 akan menjadi :
Pendapata Bunga                         Rp. 3.000.000,
Piutang Bunga                                    Rp. 3.000.000,

kemudian, ayat jurnal yang perlu dibuat pada tanggal 1 Maret 2009 adalah menjadi sebagai berikut: (di luar pokok pinjaman
Kas                                                 Rp. 4.500.000,
Pendapatan Bunga                              Rp. 4.500.000,
(6/12 x 9 % x Rp. 100 juta)

namun, jika seandainya ayat jurnal pembalik tidak ada maka ayat jurnal yang harus dibuat pada tanggal 1 Maret 2009 akan menjadi sebagai berikut: (di luar pokok pinjaman)
Kas Rp. 4.500.000,
Piutang Bunga                    Rp. 3.000.000,
Pendapatan Bunga                                     Rp.1.500.000,

Tanpa melihat apakah ayat jurnal pembalik dibuat atau tidak, point penting yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa bunga sebesar Rp. 3 juta haruslah diakui sebagai pendapatan tahun 2008 (untuk 4 bulan), sedangkan besarnya pendapatan bunga yang harus diakui dalam tahun 2009 hanyalah sebesar Rp. 1,5 juta (untuk 2 bulan).

Sebagai contoh lainnya untuk mengilustrasikan efek yang ditimbulkan dari ada tidaknya ayat jurnal pembalik adalah misalkan bahwa pada tanggal 1 September 2008, perusahaan memperoleh pinjaman uang dari Bank Mandiri (selaku kreditur) senilai Rp. 100 juta. Pinjaman ini berjangka waktu 6 bulan. Perusahaan diharuskan untuk mengembalikan nilai pokok pinjaman beserta bunganya pada saat pinjaman tersebut jatuh tempo, yaitu tepatnya pada tanggal 1 Maret 2009. Besarnya tingkat suku bunga pinjaman yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah 9 % per tahun. Periode pembukuan perusahaan (selaku debitur) akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Berdasarkan pencatatan secara accrual basis, bunga pinjaman selama 4 bulan (September, Oktober, November, dan Desember) yang sudah terjadi di tahun 2008 ini haruslah diakui sebagai beban tahun 2008 oleh debitur, meskipun pembayarannya baru akan dilakukan pada tanggal 1 Maret 2009 nanti.

Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 adalah :
Beban Bunga Rp. 3.000.000,
Utang Bunga                           Rp. 3.000.000,
(4/12 x 9 % x Rp. 100 juta)

sedangkan ayat jurnal pembalik yang seandainya dibuat pada tanggal 1 Januari 2009 akan menjadi :
Utang Bunga Rp. 3.000.000,
Beban Bunga                          Rp. 3.000.000,

kemudian, ayat jurnal yang perlu dibuat pada tanggal 1 Maret  2009 adalah menjadi sebagai berikut: (di luar pokok pinjaman)
Beban Bunga          Rp. 4.500.000,
Kas                                          Rp. 4.500.000,
(6/12 x 9 % x Rp. 100 juta)

namun, jika seandainya ayat jurnal pembalik tidak ada maka ayat jurnal yang harus dibuat pada tanggal 1 Maret 2009 akan men jadi sebagai berikut: (di luar pokok pinjaman)
Utang Bunga          Rp. 3.000.000 ,
Beban Bunga          Rp. 1.500.000,
Kas                                          Rp. 4.500.000,


Tanpa melihat apakah ayat jurnal pembalik dibuat atau tidak, point penting yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa bunga sebesar Rp. 3 juta haruslah diakui sebagai beban tahun 2008 (untuk 4 bulan), sedangkan besarnya beban bunga yang harus diakui dalam tahun 2009 hanyalah sebesar Rp. 1,5 juta (untuk 2 bulan).

Neraca Saldo Setelah Penutupan dan Pembahasannya


Prosedur akuntansi yang terakhir, setelah ayat jurnal peni dibuat dan diposting ke masing-masing buku besar akun terkait, ad lah menyiapkan neraca saldo setelah penutupan (post-closing trial balance). Sesuai dengan namanya, laporan ini hanyalah berisi sald. akhir dari masing-masing akun neraca (kas, piutang usaha, perlengkapan, utang usaha, dan seterusnya) yang akan dibawa sebagai saldo awal untuk periode akuntansi berikutnya. Jadi, dalam neraca saldo setelah penutupan ini sudah tidak ada lagi saldo akun prive dan sal. do akun-akun laporan laba rugi, karena memang telah ditutup lewat ayat jurnal penutup sehingga bersaldo nol.

Neraca saldo setelah penutupan ini sesungguhnya dapat digu nakan sebagai alat untuk membuktikan bahwa proses penjurnalan dan pemostingan ayat jurnal penutup telah dilakukan secara tepat dan lengkap. Neraca saldo setelah penutupan ini juga dibuat untuk membuktikan bahwa keseimbangan dalam persamaan akuntansi telah dipenuhi pada akhir periode akuntansi setelah melewati berbagai tahapan siklus akuntansi.

Jurnal Penutup dan Pembahasannya

Sebelum masuk pada pembahasan mengenai ayat jurnal penutup, perlu diingat kembali bahwa neraca sesungguhnya adalah sebuah laporan yang akan menggambarkan mengenai kondisi atau posisi keuangan perusahaan per tanggal tertentu (sampai dengan tanggal pelaporan), sedangkan laporan laba rugi adalah sebuah laporan yang mencerminkan kinerja (performance) manajemen dan profitabilitas perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Jadi, misalkan jika saldo kas yang dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2008 berjumlah Rp. 400.000.000,-, maka berarti jumlah saldo ini merupakan saldo kas akumulatif yang dihasilkan lewat transaksi-transaksi kas yang terjadi sampai dengan tanggal pelaporan yaitu per tanggal 31 Desember 2008. Sedangkan jika saldo pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 berjumlah Rp. 750.000.000,-, maka berarti jumlah saldo pendapatan ini merupakan hasil dari transaksi yang terjadi, yang hanya diperhitungkan untuk sepanjang satu tahun saja yaitu sepanjang tahun 2008.

Seluruh akun neraca dikatakan memiliki sifat yang permanen dan akumulatif ("gulung-menggulung"), dimana akun-akun neraca ini tidak akan ditutup pada setiap akhir periode akuntansi dan saldonya akan dibawa terus ke periode-periode akuntansi berikutnya. Sedangkan untuk akun prive dan seluruh akun yang ada dalam laporan laba rugi memiliki sifat yang sementara, dimana akun prive dan seluruh akun laba rugi ini nantinya akan ditutup pada setiap akhir periode akuntansi. Sehubungan dengan penutupan (membuat nihil atau membuat saldo akun menjadi nol) terhadap saldo akun-akun laporan laba rugi, lalu timbul pertanyaan: kalau begitu untuk apa laporan laba rugi dibuat, dan bagaimana dengan nilai saldo yang melekat pada setiap akun laporan laba rugi tersebut? Sekali lagi, bahwa laporan laba rugi tetap perlu/harus dibuat untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja manajemen perusahaan dan untuk mene tahui berapa besarnya tingkat keuntungan/kerugian yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan sepanjang satu tahun tertentu. Nilai saldo yang melekat pada akun prive dan setiap akun laporan laba rugi, pada akhirnya akan ditransfer atau ditutup ke akun neraca yaitu akun modal.

Ingat kembali bahwa pendapatan memiliki sifat menambah modal, sedangkan beban memiliki sifat mengurangi modal. Pendapatan dan modal sama-sama memiliki saldo normal di sebelah kredit sedangkan beban memiliki saldo normal yang berlawanan dengan saldo normal untuk pendapatan dan modal. Jika pendapatan lebih besar dari beban, maka akan diperoleh laba bersih. Laba bersih ini berarti sifatnya akan menambah modal, dan sebaliknya jika terjadi rugi bersih (beban lebih besar dari pendapatan) maka sifatnya akan mengurangi modal. Prive memiliki saldo normal di sebelah debet dan memiliki sifat mengurangi modal.

Jurnal penutup dilakukan dengan cara : (1) mentransfer akun pendapatan yang memiliki saldo normal kredit ke sebelah debet, dan kemudian mengkredit akun ikhtisar laba rugi (income summary); (2) mentransfer akun beban yang memiliki saldo normal debet ke sebelah kredit, dan kemudian mendebet akun ikhtisar laba rugi; (3) mentransfer jumlah laba bersih/rugi bersih ke akun modal, dengan ketentuan bahwa jika laba bersih maka akun modal akan di kredit(debetnya adalah akun ikhtisar laba rugi) dan sebaliknya jika rugi bersih maka akun modal akan di debet (kreditnya adalah akun ikhtisar laba rugi); dan (4) mentransfer akun prive yang memiliki saldo normal debet ke sebelah kredit, dan kemudian mendebet akun modal.

Sebagai kesimpulan, bahwa pada setiap akhir periode akunta setelah laporan keuangan disusun, bagian akuntansi perusan perlu menyiapkan ayat jurnal penutup (closing entries). Hal ini lakukan dengan cara mentransfer seluruh akun yang sifatnya setara (temporary / nominal accounts) ke akun yang sifatnya permanen (permanent / real accounts), yaitu akun modal.

Berikut ini adalah contoh ayat jurnal penutup yang disiapkan pada akhir periode akuntansi :



Perlu diperhatikan di sini secara cermat bahwa besarnya saldo laba bersih (Rp. 1.600.000,) ditutup dan ditransfer ke perkiraan modal. Saldo laba bersih ini tidak lain adalah selisih antara total saldo akun pendapatan dengan total saldo akun beban (Rp. 7.900.000 - Rp. 6.300.000). Akun ikhtisar laba rugi ini sesungguhnya merupakan akun sementara dari akun modal.

Siklus Akuntansi (Accounting Cycle)

Siklus Akuntansi  (Accounting Cycle)

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa seluruh transaksi bisnis yang terjadi dalam perusahaan mula-mula akan dianalisis (dalam rangka mengidentifikasi akun) dan dicatat ke dalam jurnal. Seluruh data transaksi ini yang telah tercatat dalam jurnal lalu akan dipindah-bukukan (diposting) ke dalam buku besar sesuai dengan klasifikasi masing-masing akun terkait. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan neraca saldo, menganalisis data penyesuaian, menyiapkan ayat jurnal penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, ayat jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan ayat jurnal pembalik. Proses akuntansi yang diawali dengan menganalisis dan menjurnal transaksi, dan yang diakhiri dengan membuat laporan dinamakan sebagai siklus akuntansi (accounting cycle). Produk akhir dari siklus akuntansi ini adalah laporan keuangan.

Pada pastingan  ini akan dibahas secara lengkap mengenai tahapan-tahapan dalam proses penyelesaian siklus akuntansi, yang belum dijelaskan sepenuhnya pada bagian sebelumnya. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi dapat diurutkan sebagai berikut:
1.         Mula-mula dokumen pendukung transaksi dianalisis dan informasi yang terkandung dalam dokumen tersebut dicatat dalam jurnal
2.         Lalu data akuntansi yang ada dalam jurnal diposting ke buku besar.
3.         Seluruh saldo akhir yang terdapat pada masing-masing buku besar akun "didaftar" (dipindahkan) ke neraca saldo untuk membuktikan kecocokan antara keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal debet dengan keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal kredit.
4.         Menganalisis data penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuaian.
5.         Memposting data jurnal penyesuaian ke masing-masing buku besar akun yang terkait.
6.         Dengan menggunakan pilihan (optional) bantuan neraca lajur sebagai kertas kerja (work sheet), neraca saldo setelah penyesuaian (adjusted trial balance) dan laporan keuangan disiapkan.
7.         Membuat ayat jurnal penutup (closing entries).  
8.         Memposting data jurnal penutup ke masing-masing buku besar akun yang terkait
9.         Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan (post- closing trial balance).
10.     Membuat ayat jurnal pembalik (reversing entries).

Untuk perusahaan yang telah memiliki sistem komputerisasi akuntansi yaitu sebuah perangkat lunak (software) yang memuat program pemrosesan data dan pelaporan akuntansi, akan secara otomatis memposting jurnal ke buku besar, hingga menghasilkan laporan keuangan dan berbagai laporan lainnya :


Monday, September 10, 2018

Cara Penyesuaian Aset Tetap Dalam Akuntansi

Cara Penyesuaian Aset Tetap Dalam Akuntansi

Aset tetap (fixed assets) adalah aset yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan (useful life) yang panjang. Jadi, aset tetap merupakan aset yang berwujud (tangible assets). Berbeda dengan aset tidak berwujud intangible assets), yang dimana tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi, maupun kontrak sosial.

Contoh aset tetap adalah tanah, bangunan, kendaraan operasional, peralatan kantor, peralatan toko, perabot kantor, dan perabot toko. Tanah merupakan satu-satunya aset tetap yang tidak disusutkan (non depreciable asset) karena nilainya akan selalu cenderung naik, bukan menurun. Tanah memiliki umur ekonomis (economic life) atau masa manfaat (benefit life) yang tidak terbatas (unlimited life).

Berbeda dengan tanah yang berisi kandungan minyak, gas, batu, pasir, mineral, atau logam tertentu, yang secara rutin akan dimanfaatkan atau digali untuk diambil kandungannya. Contohnya adalah tanah yang memuat kandungan tembaga, belerang, batu bara, dan sebagainya. Untuk tanah seperti ini, tentu saja nantinya secara sistematis dan periodik akan disusutkan; dalam akuntansi, penyusutannya dinamakan deplesi. Sedangkan untuk aset tetap lainnya yang dapat disusutkan (depreciable assets), penyusutannya dinamakan depresiasi. Aset tetap ini memiliki umur ekonomis yang terbatas (limited life).

Contoh dari aset tidak berwujud adalah goodwill (nama baik), trademark (merek dagang), franchises (waralaba), patent, copyright (hak cipta), customer list (daftar pelanggan), dan broadcast license ujin penyiaran). Dalam akuntansi, penyusutan untuk aset tidak berwujud dinamakan amortisasi. Sama halnya dengan aset tetap, tidak semua aset tidak berwujud diamortisasi, tergantung pada kepastian umur apakah terbatas atau tidak terbatas. Aset tidak berwujud yang memiliki umur yang tidak terbatas (tidak pasti) tidaklah diamortisa si, dan hanya aset tidak berwujud yang memiliki umur yang terba (pasti) saja yang akan diamortisasi. Aset tidak berwujud yang diamortisasi adalah goodwill, trademark, dan broadcast license. Ijin penyiaran ini nantinya akan secara otomatis dapat diperperpanjang setiap kurun waktu tertentu, asalkan tayangannya tidak meni bulkan dampak sosial yang negatif atau merugikan publik dan tidal melanggar undang-undang penyiaran; sehingga aset tidak berwuina ini dikatakan memiliki umur yang tidak terbatas dan oleh karena itu tidaklah diamortisasi. Merek dagang juga tidak diamortisasi karena memang tidak memiliki batasan nilai ekonomis (berbeda dengan waralaba dan paten). Merek dagang meskipun memiliki batasan wak tu, tetapi pada prinsipnya sama seperti ijin penyiaran yang dimana hampir dapat diperpanjang secara rutin. Jika faktor ekonomi meno indikasikan bahwa merek dagang akan terus memiliki nilai yang dapat diduga di masa yang akan datang, maka masa kegunaan dari merek dagang ini akan menjadi tidak terbatas. Sedangkan untuk goodwill tidaklah diamortisasi karena memang telah menimbulkan beragam kontroversi akuntansi terutama dalam hal pemilihan metode untuk penggabungan usaha. Walaupun goodwill, trademark, dan broadcast license tidak diamortisasi tetapi mereka tetap perlu ditinjau ulang atas kemungkinan terjadinya penurunan nilai (impairment). Topik mengenai goodwill dan penurunan nilai akan dibahas nanti secara rinci dalam buku akuntansi lanjutan.

Pertama kali pada saat sebuah aset tetap diperoleh/diakuisisi, tentu saja belum ada penyusutan yang dicatat/diakui dalam pembukuan perusahaan (karena belum dipakai). Nantinya (pada akhir periode akuntansi) setelah aset tetap tersebut dipakai, jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk mengakui bagian dari jumlah harga perolehan aset tetap yang sudah menjadi beban (depreciation expense) karena pemakaian. Penyusutan dapat diartikan sebagai : (1) menurunnya kegunaan dari suatu aset tetap, (2) transfer secara sistematis dan periodik dari harga perolehan/cost menjadi beban/expense atau dapat juga diartikan sebagai bagian dari harga perolehan yang telah menjadi kadaluarsa (expired) karena pemakaian. 
Ada beberapa metode penyusutan aset tetap yang diperkenankan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu
*        metode garis lurus (straight line method),
*        metode saldo menurun ganda (double declining balance method),
*        metode jumlah angka tahun (sum of the years' digits method),
*        metode unit produksi / metode output produktif (units of production method / productive-output method), dan
*        metode jam operasional / metode jam jasa (operating hours method / service hours method).

Penghitungan penyusutan aset tetap dengan menggunakan metode garis lurus akan menghasilkan jumlah penyusutan yang sama besar untuk masing-masing tahun sepanjang umur ekonomis/masa manfaatnya. Adapun formula rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya penyusutan per tahun adalah :

Penyusutan/thn = (Harga Perolehan - Estimasi Nilai Residu): Estimasi Umur Ekonomis

Keterangan :
1.      Harga perolehan merupakan jumlah seluruh pengeluaran yang diperlukan untuk menjadikan aset tetap yang baru dibeli/diperoleh tersebut siap untuk digunakan. Jadi, harga perolehan ini meliputi tidak hanya sebesar harga beli saja tetapi juga termasuk pengeluaran pengeluaran lainnya yang dikorbankan agar supaya aset tetap yang baru dibeli/diperoleh tersebut berada dalam kondisi siap pakai. Contoh pengeluaran pengeluaran lainnya adalah biaya pajak, biaya angkut, biaya asuransi (jika diasuransikan), biaya pemasangan, dan lain sebagainya. Harga perolehan ini sifatnya obyektif, bukan subyektif (estimasi), karena seluruh jumlah yang dikeluarkan/dibayarkan nilainya tercantum dalam berkas dokumen pendukung transaksi pembelian. Karena sifatnya yang obyektif ini, maka seringkali harga perolehan dikatakan memiliki atau mencerminkan karakteristik dapat diuji/diukur (verifiability).
2.       Estimasi nilai residu (estimated residual value) merupakan taksiran mengenai nilai sisa (salvage value) aset tetap yang diperkirakan masih akan tetap ada di akhir umur ekonomisnya. Nilai residu ini ditentukan secara subyektif tergantung pada penlaian manajemen perusahaan masing-masing, namun tetap harus memenuhi asas kewajaran.
3.      Estimasi umur ekonomis merupakan taksiran mengenai lamanya sebuah aset tetap dapat memberikan manfaat/kegunaan bagi perusahaan. Umur ekonomis ini juga ditentukan secara subyektif  yaitu tergantung pada penilaian manajemen perusahaan masing-masing.

Untuk mengilustrasikan ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat sehubungan dengan penyusutan (pemakaian) aset tetap selama periode, misalkan bahwa sebuah peralatan toko dibeli dengan harga Rp 8.500.000,- pada tanggal 1 Januari 2008. Perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam menghitung beban penyusutan periodiknya. Nilai sisa aset tetap tersebut diperkirakan sebesar Rp. 1.000.000,- pada akhir masa manfaatnya. Perusahaan mengestimasi bahwa peralatan toko tersebut memiliki umur ekonomis 10 tahun. Ayat jurnal penyesuian yang harus dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 adalah :

Beban penyusutan - peralatan toko                         Rp.750.000,
Akumulasi penyusutan - peralatan toko                                   Rp.750.000,
(Rp. 8,5 juta - Rp. 1 juta): 10

Akan tetapi, apabila peralatan toko tersebut dibeli pada tanggal 1 April 2008, maka besarnya beban penyusutan per 31 Desember 2008 akan menjadi :  9/12 x Rp. 750.000,- = Rp. 562.500,- (untuk masa pemakaian selama 9 bulan, yaitu terhitung mulai tanggal 1 April 2008 hingga 31 Desember 2008).

Perhitungan penyusutan aset tetap dengan menggunakan metode lainnya, selain metode garis lurus, akan dibahas nanti secara lebih terperinci dalam posingan selanjutnya (akuntansi untuk aset tetap).